Friday, January 4, 2013

☆ FanFiction Kpop ☆: LIFE IS NOT FAIR!! CHAPTER 7

☆ FanFiction Kpop ☆: LIFE IS NOT FAIR!! CHAPTER 7: Author    : Shin Ah Min Cast        : Park Min Chan No Minwoo (boyfriend) Park Jungsoo (Leeteuk) as Appa Kim Taeyeon as Eomma Kim Hy...

☆ FanFiction Kpop ☆: The Last Farewell

☆ FanFiction Kpop ☆: The Last Farewell: Author             : Shin Ah Min Genre              : Romance, Angst Cast                 : Sung Min-Ji, Yoon Du-Jun Rating      ...

☆ FanFiction Kpop ☆: The Beautiful Eyes

☆ FanFiction Kpop ☆: The Beautiful Eyes: Author            : Shin Ah Min Genre              : Romance Cast                 : Kim Ryeo-Wook, Jung Yeon-Ah Rating           ...

LIFE IS NOT FAIR!! CHAPTER 7

Author    : Shin Ah Min
Cast        :

  • Park Min Chan
  • No Minwoo (boyfriend)
  • Park Jungsoo (Leeteuk) as Appa
  • Kim Taeyeon as Eomma
  • Kim Hyo Jung (Hyorin Sistar)
Genre   : Family,Hurt,Drama.
Rating   : PG13+ *maybe*




Author's POV

Minchan melangkahkan kakinya masuk ke dalam café. Ketika masuk ke dalam ia melihat Hyorin sedang melambaikan tangan padanya.

"Aku senang kau datang!" Ujar Hyorin gembira. Ya,Minchan sudah memutuskan untuk datang ke noeul café untuk melihat kedua orang tuanya di pertemukan. Walaupun, Ia masih merasa curiga kalau ini hanya jebakan.
"Hmm ya,mana eomma dan appa?" Minchan melihat ke sekitar café.
"Mereka belum datang,tunggu saja sebentar lagi mereka pasti datang." Kata Hyorin meyakinkan.
"Oh." Ujar Minchan singkat malas berbicara dengan Hyorin.

"Minchan~ah." Panggil Hyorin. Minchan langsung bergidik ngeri mendengar Hyorin memanggilnya seperti itu. "Jangan panggil aku seperti itu!"
"Kau tidak suka ya? Mianhe." Kata Hyorin yang hanya dibalas Minchan dengan gumaman.
"Bagaimana hubunganmu dengan Minwoo? Apa sudah membaik?" Tanya Hyorin.
"Ya begitulah,aku sudah mulai berbicara denganya lagi."
"Baguslah. Minchan,aku mohon kepadamu agar kau tidak meninggalkan Minwoo. Ia terlihat sangat frustasi ketika kau marah padanya."
"Aku tidak pernah marah padanya. Aku hanya... ya kau tahu dia mengingatkanku padamu dan itu membuatku sakit hati..." Ujar Minchan. "Aku mencintainya. Bahkan sangat mencintainya." Lanjutnya. Hyorin hanya tersenyum mendengar ucapan Minchan. Lalu Hyorin melihat keluar ternyata Taeyeon sudah mendekat ke café.
"Taeyeon-ssi datang! Ayo cepat kita mengumpat!" Seru Hyorin sambil menarik Minchan ke arah dapur.

.
.
.

Taeyeon masuk ke dalam café,ia melihat café secara menyeluruh. Ternyata Hyorin belum datang. Pikir Taeyeon dalam hati. Di dalam café tersebut sangat sepi. Hanya ada dua pasangan dalam café ini. Terakhir ia kesini ia juga membawa pasanganya... Leeteuk. Tiba-tiba saja dia teringat nama itu.
"Oh Taeyeon,apa yang kau pikirkan?" Katanya merutuk diri sendiri karena sudah teringat nama itu.

"Hei,appa sekarang sudah dimana?" Tanya Minchan yang sekarang sedang memerhatikan eomma-nya lewat pintu dapur--yang terdapat kaca sehingga ia bisa melihat keluar.
"Hmm,katanya dia sebentar lagi sampai kok." Kata Hyorin.

Tak lama setelah Hyorin berbicara,mereka melihat sosok Leeteuk yang memasuki café dan langsung menghampiri Taeyeon. Hyorin sudah bilang pada Leeteuk kalau "ia" memakai blazzer berwarna sapphire blue. Taeyeon yang saat itu duduk membelakangi Leeteuk sama sekali tidak menyadari kehadiran Leeteuk.

"Hei Hyo... Kau?!" Leeteuk kaget melihat Taeyeon bukanya Hyorin.
"Leeteuk? A... Apa yang kau lakukan disini?" Tanya Taeyeon tak kalah kaget.
"Aku kesini untuk bertemu Hyorin. Kenapa malah kau yang kulihat sih,cihh." Leeteuk langsung memasang wajah sinisnya.
"Hyorin?" Taeyeon mengerutkan dahinya. "Aku juga ingin bertemu Hyorin disini." sambungnya.
"Apa kau bilang? Kau? Ingin bertemu Hyorin? Aku rasa aku salah dengar."
"Kau tidak salah dengar. Aku memang ingin bertemu Hyorin disini." Leeteuk menjatuhkan bokongnya ke kursi yang ada di depan Taeyeon. Tampak kerutan-kerutan di wajah tampannya.
"Untuk apa kau bertemu Hyorin?" Tanya Leeteuk.
"A-aku... Aku...Hmmm... ini rahasia perempuan. Kau tidak perlu tau. Kau sendiri untuk apa bertemu Hyorin? Ingin memaksanya kembali padamu,huh?"
"Dia mengajakku kesini. Rahasia perempuan? Pasti ada sesuatu di antara kalian." Leeteuk memasang wajah curiganya. 
"Aiish,kau ini ingin sekali tau ya!" Taeyeong memasang pout-nya menandakan dia kesal.
__________________________________________________________________

Park Jung Soo *Leeteuk*'s POV

"Dia mengajakku kesini. Rahasia perempuan? Pasti ada sesuatu di antara kalian." Aku memasang wajah curigaku
"Aiish,kau ini ingin sekali tau ya!" Taeyeong memasang pout-nya menandakan dia kesal.

Deg!  Apa itu,apa yang baru saja kurakasan dalam dadaku? Kenapa...kenapa tiba-tiba begini? Aku bersumpah sudah lama sekali aku tak melihat wajahnya yang seperti itu dan sekarang ketika aku melihatnya lagi aku merasa... ada sesuatu yang aneh di dalam dadaku. Apa aku... aiish apa yang baru saja kupikirkan? Aku kan mencintai Hyorin bukan dia.
"Kau masih ingin disini?" Suaranya langsung menyadarkanku dari lamunanku.
"Hah? Eh, emm... ya kalau kau masih ingin disini. eh- maksudku,aku.. astaga kenapa pikiranku jadi kacau seperti ini." Aku mengacak-acak rambutku frustasi.
"Gwenchanayo?" Tanya Taeyeon tampak kebingungan.
"Hmm ne. Eh- aku pikir aku ingin disini sebentar untuk mengobrol denganmu meminum coffé. Kalau kau?"
"Aku juga ingin disini sebentar." Katanya.

"Kenapa Hyorin tidak datang juga ya?" Tanyanya.
"Ah mungkin dia tidak jadi datang. Ehehehe." Kataku sambil tertawa hambar.
"Oh." Gumamnya. Oh? hanya oh? Ayolah bicara sesuatu.

Tiba-tiba terdengar lagu Marry U dari Super Junior yang memantul ke seluruh ruangan.
Astaga aku baru ingat! Café ini... lagu ini... ini.... ini café saat aku melamar Taeyeon.

_____________________________________________________________________

Author's POV

Hyorin melambai-lambaikan tangannya kepada salah satu pelayan di café tersebut. Memberikan kode agar segera memutar lagu yang sudah ia pesan. Si pelayan pun mengerti dan memutar lagu Marry U milik Super Junior dengan speaker,sehingga lagu itu pun memantul ke seluruh ruangan.

"Whoahh daebak!" Ujar Minchan kagum dengan ide Hyorin. Hyorin hanya tersenyum.
"Kira-kira mereka sedang membicarakan apa ya? Disini tidak kedengaran." Kata Minchan.
"Entahlah,tapi tadi Leeteuk-ssi sempat tertawa."
"Tapi kelihatanya seperti dipaksakan."
"Hah,sudahlah kita perhatikan saja perkembangan mereka."

Sementara itu suasana diantara Leeteuk dan Taeyeon menjadi sangat canggung karena lagu yang sedang  memantul ke seluruh ruang di noeul café.
"Mmm,katanya kau mau pesan minuman. Kau mau pesan apa? Biar kupanggilkan pelayan." Kata Taeyeon membuka suara,melepas keheningan yang sempat terjadi tadi.
"Oh ya,aku ingin Lemon Tea saja sepertimu." Kata Leeteuk.
"Aku belum bilang kalau aku akan memesan Lemon Tea,bagaimana kau tau?"
"Tentu saja aku tau,itu kan minuman kesukaanmu."
"Aku tidak menyangka kau masih mengingatnya." Taeyeon menatap Leeteuk dengan tatapan tidak percaya.
"Aku sendiri juga tidak percaya,ahaha." Leeteuk tertawa canggung, Taeyeon pun ikut tertawa.
 "Sudah lama sekali rasanya aku tidak melihatmu tersenyum apalagi tertawa di hadapanku." Kata Taeyeon.
"Benarkah? Kalau begitu besok-besok aku akan sering tersenyum dan tertawa di hadapanmu." Kata Leeteuk sambil tersenyum manis. Taeyeon merasakan degup jantungnya yang tak menentu.

 Tak lama datang seorang pelayan mengantarkan pesanan mereka. Taeyeon pun tersenyum sebagai tanda terima kasih sudah mengantarkan pesanan mereka. Setelah pelayan itu pergi, Taeyeon mulai membuka suaranya lagi.
"Kau aneh hari ini."
"Aneh? aneh kenapa?" Tanya Leeteuk.
"Kau jadi baik seperti ini."
"Memang dulu aku jahat ya?"
"Tidak hmm ya, ahh entahlah. Yang pasti beberapa menit yang lalu aku masih melihatmu dengan wajah kesalmu berbicara padaku tapi sekarang kau tersenyum manis padaku. Kau hari ini seperti kau yang ku kenal dulu sekali."
"Maaf." Lagi-lagi Taeyeon menatap Leeteuk dengan tatapan tak percaya. Ia merasa ada gangguan pendengaran di telinganya.
"Kau... bilang apa barusan?"
"Aku meminta maaf. Maaf selama ini aku mengabaikan kau dan Minchan, Maaf aku telah mengkhianatimu, Maaf aku sering berbuat kasar padamu dan Minchan, Maaf atas semua kesalahan yang pernah ku lakukan." Taeyeon sedikit membuka mulutnya, Ia benar-benar tidak percaya Leeteuk baru saja meminta maaf padanya.
"Boleh aku jujur? Sebenarnya aku tak pernah benar-benar marah padamu. Aku..." Taeyeon menghentikan ucapanya, Leeteuk menatapnya penasaran. "Ah lupakan saja." Kata Taeyeon sambil tersenyum canggung.
"Ck, kau ini." Leeteuk mengalihkan pandanganya dari Taeyeon ke jam tanganya. "Hm, aku ada acara lain. Lagipula sepertinya Hyorin tidak jadi datang, kalau kau bertemu denganya tolong sampaikan salamku padanya. Annyeong." Leeteuk beranjak dari kursinya dan pergi meninggalkan café.

Taeyeon menghela nafasnya. Baru saja ia pikir Leeteuk sudah melupakan Hyorin, ternyata ia salah. Leeteuk masih mengingat Hyorin. Lalu apa maksudnya tadi ia tersenyum manis dan meminta maaf? Hah, lelaki kenapa begitu susah di tebak. Gumam Taeyeon. Taeyeon memijat-mijat keningnya merasa pusing dengan tingkah Leeteuk. Lalu ia menyeruput Lemon téa-nya. Ia pun melirik Lemon téa Leeteuk yang masih utuh.
"Astaga namja itu benar-benar... bahkan ia tidak meninggalkan uang untuk membayar pesanannya? Ck, terpaksa harus aku yang bayar. Sial." Taeyeon memanggil pelayan untuk membayar pesanannya dan Leeteuk, setelah itu ia langsung beranjak pergi dari café.

Saat Taeyeon sudah meninggalkan café, baru terpikir di benaknya jangan-jangan inilah rencana Hyorin untuk menyatukannya kembali dengan Leeteuk. Aku harus berterima kasih pada Hyorin walaupun rencananya belum terlalu berhasil. Kata Taeyeon dalam hati.
_____________________________________________________________________

"Wah rencana mu cukup berhasil." Kata Minchan dengan riang setelah Taeyeon dan Leeteuk sudah pergi.
"Yaa begitulah. Aku senang melihatnya. Semoga mereka bisa kembali seperti dulu." Kata Hyorin tak kalah riang dari Minchan. Tiba-tiba ponsel Minchan berdering. Minchan menatap layar ponselnya untuk melihat siapa yang menelponnya. "Minwoo..." Gumam Minchan.
"Dari Minwoo?" Tanya Hyorin, Minchan hanya mengangguk kecil.
"Angkatlah, dia akan sedih bila kau tak mengangkatnya." Minchan akhirnya mengangkat teleponnya.

"Yeoboseyo?" Terdengar suara Minwoo dari seberang telepon.
"Ne Minwoo, ada apa?"
"Ah syukurlah kau mengangkat teleponku. Gwenchana, aku hanya merindukanmu." Dalam sekejap pipi Minchan sudah merona merah.
"Aku lebih merindukanmu, woo."
"Kau sudah tidak marah padaku lagi?"
"Aku mana mungkin marah padamu. Aku sama sekali tidak marah padamu."
"Lalu kenapa kau terus mengabaikanku kalau di kampus?"
"Hmm, sulit di jelaskan. Lupakan sajalah, yang penting sekarang aku tidak marah padamu kan?"
"Baiklah. Oh ya sudah dulu ya Min, besok jangan mengabaikan aku di kampus." Minchan tertawa kecil mendengarnya.
"Tidak akan."
"Baguslah kalau begitu. Annyeong Min!"
"Annyeong woo." Setelah itu pun sambungan telepon mereka terputus.

"Wah senangnya melihat kau tidak mengabaikan Minwoo lagi." Kata Hyorin. Minchan sedikit terkaget mendengar suara Hyorin, ia baru ingat kalau ada Hyorin di sampingnya.
"Hahaha ya. Aku juga senang berbicara denganya lagi."
"Jangan tinggalkan Minwoo lagi ya?"
"Aku janji tidak akan meninggalkanya." Hyorin tersenyum mendengar ucapan Minchan.
"Gomawo Min."
"Ne, nado. Aku sangat berterima kasih atas yang kau lakukan hari ini." Minchan tersenyum tulus pada Hyorin. Hyorin merasa hangat melihat senyumanya.
"Oh ya aku mau pulang dulu. Sekali lagi, terima kasih. Annyeong." Minchan melambaikan tangannya lalu pergi keluar café.

Sekarang tinggal tersisa Hyorin, beberapa pelayan café dan beberapa pelanggan. Hyorin memegang dadanya. Ia bingung apa yang di rasakannya sekarang. Kalau boleh jujur, ia merasa hatinya sudah patah dan menjadi serpihan-serpihan kecil ketika tadi ia melihat Leeteuk memberi senyuman manis yang sama pada Taeyeon. Tapi di sisi lain, ia merasa senang bisa mulai menyatukan Taeyeon dan Leeteuk.

"Tuhan... bantu aku melupakan Leeteuk. Aku tak mau merasa sakit hati seperti ini." Hyorin bergumam dalam hati.

To Be Continued...

_____________________________________________________________________

Maaf ya kalau ada yang nunggu lama ini ff, maklum aja author lagi sibuk hehe. Keep reading ya, kalau bisa sih comment+like nya biar semangat bikin chapter selanjutnya.

The Last Farewell



Author            : Shin Ah Min
Genre             : Romance, Angst
Cast                : Sung Min-Ji, Yoon Du-Jun
Rating            : PG13
Summary      
Min-Ji berencana untuk pergi ke Paris untuk melanjutkan sekolah Fotografi nya.Tapi tanpa ia ketahui ia telah mengambil keputusan yang  membuatnya menyesal seumur hidup.



Seoul, South Korea / 10th December 2006

Min-Ji menatap kaca café di sampingnya, memperhatikan orang-orang yang berlalu-lalang di luar café. Udara Seoul saat ini terasa sangat dingin, ini, mungkin karena sekarang sudah memasuki tanggal 10 Desember dan mungkin juga beberapa hari lagi kota Seoul akan tertutup oleh salju yang akan turun.

Cringgg…

Perhatian Min-Ji langsung teralih ketika mendengar lonceng café berbunyi---menandakan ada orang yang masuk ke dalam café. Ia melihat seorang pria yang mengenakan mantel berwarna hijau masuk ke dalam café. Pria tersebut menggosok-gosokan kedua tanganya, tampak sangat kedinginan. Min-Ji melihat pria itu tampak mencari sesuatu, Lalu ia melihat dimana Min-Ji berada dan langsung tersenyum melihatnya. Ia pun langsung menghampiri Min-Ji.

“Hai.” Sapa pria itu dengan cengiran di wajahnya, Min-Ji hanya membalasnya dengan senyuman. “Maaf aku datang telat, kau sudah lama menunggu?” Tanyanya pada Min-Ji
.
“Hmm,tidak juga. Duduklah!” Kata Min-Ji. Pria tersebut langsung duduk di kursi di depan Min-Ji.

“Sebenarnya ada apa kau mengajakku bertemu? Tumben sekali, biasanya selalu aku yang mengajakmu lebih dulu.” Kata pria tersebut. “Kau rindu padaku ya?” Tanyanya dengan wajah yang menggoda, membuat Min-Ji tertawa geli.

“Ya! Du-Jun~ah, kau ini selalu saja terlalu percaya diri!” Kata Min-Ji setelah berhasil meredam tawanya. Pria di hadapanya ini memang selalu saja terlalu percaya diri tapi hal itu selalu membuat Min-Ji merasa terhibur. Yoon Du-Jun, nama pria itu. Dia adalah salah seorang yang terpenting yang ada di hidupnya. Keduanya telah menjalin hubungan sebagai sepasang kekasih sudah semenjak 2 tahun yang lalu, ketika mereka masih duduk di bangku SMA.

“Biar saja,kenyataanya memang kau rindu padaku,kan?” Tanya Du-Jun.

“Sebenarnya kau tidak perlu menayakan hal itu,karena memang aku selalu merindukanmu tiap detik,menit,jam dan hari.” Ujar Min-Ji sambil tersenyum manis. Membuat Du-Jun merasa ingin terbang saat ini.

“Aiish,kau ini membual saja.”

“Aku mengatakan yang sejujurnya.”

“Hah, yasudahlah. Sekarang cepat beritahu apa alasanmu mengajakku kesini”

“Baiklah. Jadi, aku mengajakmu ke sini untuk farewell karena besok aku akan ke Paris untuk melanjutkan sekolah fotografiku.” Jelas Min-Ji. Du-Jun mengerutkan keningnya mendengar penjelasan Min-Ji.

“Besok? Kenapa kau baru memberitahuku sekarang?”

“Mianheyo, kalau kau kuberitahu sejak kemarin-marin pasti kau akan mencegahku dan tidak mengizinkanku berangkat.”

“Sung Min-Ji BABO!” Du-Jun menjitak kepala Min-Ji.

“Ya! Appo…” Min-Ji merintih kesakitan dan mengelus-elus kepalanya yang terasa sakit. “Kenapa kau menjitakku?!”

“Karena kau babo! Aku tidak mungkin mencegahmu berangkat, aku sangat tau kau sangat menyukai fotografi jadi tidak mungkin aku mencegahmu. Lagipula biar bagaimanapun aku ini kekasihmu, kau harus memberitahuku semuanya! Aku merasa kecewa padamu Min-Ji.”

“Mi-mianhe… Aku janji lain kali hal ini tidak akan terulang lagi.”

“Baguslah. Aku merasa sedih kalau menutupi sesuatu dariku. Aku sangat menyayangimu Min-Ji, sangat… Rasanya berat berpisah darimu, tapi aku tidak berhak menghentikan impianmu selama ini, aku tidak ingin membuatmu merasa sedih.” Ujar Du-Jun sambil mengelus kedua punggung tangan Min-Ji.

“Jangan berbicara seperti itu, aku jadi semakin berat untuk berpisah denganmu.”

“Kita masih bisa terhubung, ketika kau disana aku akan menghubungimu lewat e-mail. Kau juga jangan lupa menghubungiku, berikan aku nomor ponselmu saat disana. Jangan melirik pria lain selain aku! Janji?” Du-Jun mengacungkan jari kelikingnya dan disambut dengan jari kelingking Min-Ji .“Janji!”

“Aku pasti akan sangat merindukanmu…” Kata Min-Ji.

“Aku adalah orang pertama yang akan rindu padamu ketika kau disana, Min-Ji.” Kata Du-Jun sambil tersenyum manis.

________________________The Last Farewell________________________

Hari dimana Min-Ji akan berangkat ke Paris tiba. Min-Ji merasa sangat berat berpisah dengan keluarga,teman-teman, dan tentu saja Du-Jun.

“Jangan menangis babo!” Du-Jun mengusap air mata Min-Ji.

“Tidak bisa, apa kau akan mengunjungiku nanti di Paris?” Tanya Min-Ji dengan terisak-isak.

“Aku tidak janji. Kalau aku ada biaya dan waktu aku pasti mengunjungimu.”

“Huaaa aku tidak menyangka akan seberat ini rasanya berpisah denganmu.” Min-Ji memeluk Du-Jun dengan sangat erat.

“Sudahlah, toh kita masih bisa bertemu nanti. Jangan terlalu berlebihan begitu.”

“Emm, Ne!”

Pesawat Seoul Airlines dengan tujuan Perancis akan segera di berangkatkan, bagi para penumpang di harap segera naik ke pesawat. Terima kasih.”

“Pesawat mu akan segera berangkat, cepat naik sana!” Perintah Du-Jun. Min-Ji hanya mengangguk dan menggumam. Untuk terakhir kalinya dan dia memeluk Du-Jun dan mengucapkan perpisahan kepada yang lain. Setelah itu ia langsung naik ke pesawat.

“Good bye Seoul, I’ll miss you so much…”

________________________The Last Farewell________________________

Paris, France / 12th December 2006

Min-Ji membuka gorden jendela apartemennya. Pemandanganya sangat indah. Tapi tetap saja home sweet home, menurutnya Seoul tetap lebih nyaman dan indah. Bicara soal Seoul, ia baru ingat semalam sesampainya di Paris ia langsung kelelahan dan tertidur. Jadi, ia belum sempat menghubungi Du-Jun dan yang lain. Min-Ji pun langsung mengambil handphone nya, ia sudah mengganti nomor nya dengan nomor kode Perancis. Min-Ji langsung menekan tombol handphone nya dan menulis nomor Du-Jun yang sudah sangat di hafalnya.

“Apa kabar ya dia? Baru sehari saja rasanya aku sudah rindu sekali padanya.” Gumam Min-Ji sambil menunggu panggilan teleponnya terjawab. Dan tak lama panggilan teleponya pun terjawab.

“Du-Jun!!! Kau apa kabar? Aku sudah sangat merindukanmu disini, oh iya ini nomor yang akan kupakai selama aku di Perancis. Hei, bicaralah!” Kata Min-Ji terlalu bersemangat sampai lupa mengucapkan salam terlebih dahulu. Tiba-tiba ia mendengar isak tangis di seberang telepon, tapi ini isak tangis perempuan.

“Halo, siapa ini? Dimana Du-Jun?” Tanyanya sambil mengerutkan kening.

“I-ini ahjumma… Min-Ji, ku harap kau jangan kaget mendengar ini. Du… Du-Jun… hmm Du-Jun…” Kata Ahjumma Yoon,eomma dari Du-Jun masih dengan isak tangis.

“Du-Jun kenapa? Apa yang terjadi pada Du-Jun? Cepat ahjumma katakan padaku apa yang terjadi?!” Tanyanya sedikit tidak sabar.

“Setelah pulang dari bandara… Du-Jun… kecelakaan dan dia… dia… tidak bisa di selamatkan.” Jelas ahjumma Yoon. Dunianya rasanya terhenti saat ini juga, Min-Ji tidak menghiraukan panggilan ahjumma Yoon di telepon dia merasa tidak mampu melakukan apapun saat ini, oksigen disekitarnya menipis membuat dadanya terasa sesak, kakinya terasa sangat lemas ia pun terjatuh di lantai karena tidak kuat menopang beban tubuhnya, akhirnya ia pun menangis sekencang-kencangnya.

Ia tidak pernah menyangka akan seperti ini akhirnya…

________________________The Last Farewell________________________

Seoul, South Korea / 11th December 2012

Udara Seoul pada hari ini sangat dingin, sama seperti terakhir kalinya Min-Ji menginjakan kakinya di Seoul. Ia mengelus papan nisan salib di hadapanya.

“Aku menepati janjiku, aku tidak melihat pria lain selain dirimu. Tapi kena sekarang kau pergi?”

“Kau bilang kita masih bisa bertemu, kau bohong padaku. Kau sekarang meninggalkan aku. Kau jahat padaku.” Gumamnya sambil terisak-isak.

“Kau bilang kau adalah orang pertama yang akan merindukanku ketika aku sampai di Paris. Kau bohong juga kan? Kau bahkan tidak pernah merindukanku saat di Paris. Kau tidak tahu betapa rindunya aku padamu,betapa aku ingin memelukmu saat ini,betapa aku ingin kau ada di sisiku sekarang,kenapa kau meninggalkan aku? Kenapa?!!” Ia semakin terisak. Hatinya terasa sangat sakit melihat papan nisan yang bertuliskan:

04th July 1989 – 11th December 2006
Our beloved Son
Yoon Doo-Joon
We will always miss you here

Ini sudah 6 tahun semenjak kepergian Du-Jun tapi Min-Ji belum bisa juga melupakannya. Rasanya begitu sulit untuk menghapus ingatanya tentang Du-Jun. 2 tahun yang ia lewati bersama Du-Jun adalah 2 tahun terindah dalam hidupnya.

“Aku tidak mungkin melupakanmu, izinkanlah aku mengingat semua kenangan kita. Saranghaeyo Yoon Du-Jun, saranghae yeongwonhi.” Min-Ji mengelus papan nisan yang ada di hadapanya untuk terakhir kali. Setelah itu ia meninggalkan pemakaman. Meninggalkan Du-Jun yang tidak akan kembali lagi.

 ________________________The End________________________

Aaah this is my first ff angst, jadi sorry banget kalau gak dapet feel nya namanya juga masih baru pertama kali hehehe _-_v

The Beautiful Eyes



Author           : Shin Ah Min
Genre             : Romance
Cast                : Kim Ryeo-Wook, Jung Yeon-Ah
Rating            : PG13
.
.
.

“Those beautiful eyes made me
fallen for you”



“Datanglah ke ruanganku sekarang.” Begitulah kata Presdir Jung melalui telepon. Aku langsung beranjak dari kursiku dan pergi ke ruanganya.

“Ada apa presdir memanggilku?” Tanyaku ketika aku sampai di ruanganya. Aku melihat senyum di wajahnya yang sudah mulai tampak kerutan, walau begitu ia tetap tampak bijaksana.

“Aku ingin memperkenalkan putriku, Jung Yeon-Ah.” Presdir Jung memperkenalkan seorang gadis yang berdiri disampingnya. Kenapa aku baru menyadari gadis ini sejak tadi ada di samping presdir Jung? Entahlah. Aku pun memperhatikanya dari bawah hingga ke atas. Tubuhnya terbentuk sempurna, dengan kaki jenjang nya, lekukan di pinggulnya, dada nya yang hmm ya cukup-besar-hm, lalu leher jenjangnya. Wajahnya pun tak kalah sempurna, dagunya yang lancip,bentuk wajah yang oval,bibir tipis nya yang diberi sedikit polesan lipstick berwarna pink, hidung mancung, dan mata cokelatnya. Tiba-tiba saja aku merasakan degup jantungku berdetak sangat kencang saat menatap matanya. What a beautiful eyes. Pikirku.

“Tuan Kim?” Satu panggilan dari Presdir Jung membuatku tersadar dari lamunanku.

“Ya, presdir?”  Sahutku.

“Apa yang kau lamunkan? Aku sudah memanggil mu lima kali tapi kau baru sadar.” Aku merasa ada rona merah di wajahku, karena aku merasa sangat malu di hadapan Presdir Jung dan anaknya.

“Bukan apa-apa. Jweongsohamnida.” Aku membungkukan tubuhku,meminta maaf.

“Baiklah kau ku maafkan.” Katanya. “Oh ya, Yeon-Ah ini tuan kim. Dia adalah asistenku, jadi selama kau magang disini dan butuh bantuan, kau bisa meminta bantuan tuan kim.” Lanjutnya. Yeon-Ah langsung tersenyum manis padaku dan sedikit membungkukan tubuhnya. “Bangaseupminida.” Suara lembutnya terdengar jelas di telingaku.

Aku hanya membalasnya dengan senyuman kikuk. Sial, aku merasa jantungku berdetak dua kali lebih kencang dari sebelumnya, sampai-sampai aku takut kalau ada yang mendengar degup jantungku.

“Baiklah tuan Kim, kau bisa kembali bekerja.” Kata Presdir Jung. Aku langsung membungkuk dan keluar dari ruanganya. Aku masih bisa melihat senyuman Yeon-Ah saat aku baru saja akan menutup pintu.

________________________The Beautiful Eyes________________________

“Tuan kim!” Terdengar suara sahutan dari seorang perempuan. Yeon-Ah.

“Hei, ada apa?” Tanyaku, berusaha bersikap biasa walaupun sebenarnya aku sedang sangat gugup berhadapan denganya.

“Aku tidak suka makan sendiri,jadi aku butuh teman untuk istirahat bersama. Tapi kau tahu sendiri aku belum punya teman disni. Jadi, kau mau kan menemaniku istirahat?”

Sebuah ajakan makan siang. Ah, rasanya aku ingin berteriak sekarang saking gembiranya. “Tentu saja aku mau.” Kataku tersenyum padanya dan ia membalas senyumanku dengan sangat manis. Senyuman terindah yang pernah kulihat.

.
.
.

“Terima kasih telah menemaniku istirahat oppa!” Kata Yeon-Ah. Oh ya, kalian tidak tahu betapa senangnya aku ketika dia memaksaku mengizinkanya memanggilku ‘oppa’.

“Sama-sama Yeon-Ah, senang bisa mengenalmu lebih dekat tadi.”

“Aku juga senang. Ah, oppa besok bawakan aku masakanmu ya? Kau mau kan?” Bujuknya. Astaga dia mengeluarkan puppy-eyes nya. Lagi-lagi aku terhanyut dengan keindah mata cokelatnya. Aku hanya bisa diam terkagum memperhatikan mata indahnya. Belum lagi dipadukan dengan wajahnya yang bagaikan malaikat. I’m melting.

“Oppa, kau tidak mau ya?”

“Hah? Apa?” Aku baru tersadar saat mendengar suaranya.

“Kau tidak mau memasak makanan untukku ya?” Tanyanya dengan cute pouting-nya.

“Aku mau kok! Pasti akan aku buatkan yang sangat lezat untukmu.”

“Jinjayo? Gomawo oppa.” Dia tersenyum manis padaku. Lagi.

“Ne, Yeon-Ah. 

________________________The Beautiful Eyes________________________

“Mashitaaaaaa!! Oppa ini benar-benar sangat enak. Kau benar-benar pintar memasak, harusnya kau jadi koki saja.” Puji Yeon-Ah padaku.

“Aiish kau memujiku terlalu berlebihan. Masakanku tidak seenak itu.” Kataku.

“Tapi ini benar-benar sangat enak. Aku merasa malu sebagai perempuan, aku saja tidak bisa masak.”

“Mwo? Kau tidak bisa memasak?”

“Ne, oleh karena itu kau harus mengajarkanku kapan-kapan!”

“Mengajarkanmu memasak? Kau mau membayarku berapa?” Kataku bergurau.

“Aku membayar pakai ini saja,boleh?” Dia membentuk hati dengan tanganya. Mungkin sekarang muncul rona merah di pipiku.

“Ya! Kau ini pintar merayu ya.” Kataku yang sekarang sedikit salah tingkah. Dia hanya tertawa kecil.

________________________The Beautiful Eyes________________________

“Oppa, kau jadi kan mengajarkanku memasak?” Hari ini, tepat seminggu Yeon-Ah magang di kantor ini. Dan hari ini aku berencana mengajarkanya memasak setelah pulang kantor.

“Tentu saja jadi.” Jawabku.

“Ah, aku tidak sabar menunggu pulang kantor nanti.” Gumam Yeon-Ah.

.
.
.

“Nah, Yeon-Ah ini apartemenku. Maaf kalau sedkit berantakan, aku suka terlalu sibuk mengurus pekerjaan.” Ujarku. Kami sekarang sudah sampai di apartemenku. Aku akan mengajarkan Yeon-Ah disini.

“Tidak apa-apa oppa. Hmm oppa, kekasihmu tidak akan marah kan kalau aku main ke apartemenmu?” Aku langsung tertawa mendengar pertanyaan Yeon-Ah. Aku melihat dahinya langsung berkerut melihat aku tertawa.

“Ada yang lucu ya dengan ucapanku?”

“Sebenarnya tidak juga.”

“Lalu kenapa kau tertawa?”

“Begini, aku tidak punya kekasih Yeon-Ah. Seperti yang ku bilang tadi, aku suka terlalu sibuk dengan pekerjaanku jadi aku tidak sempat mencari kekasih.”

“Apa tidak ada sama sekali perempuan yang membuat kau terpikat di kantor?”

“Saat ini, memang ada seorang perempuan yang membuatku terpikat.” Ujarku sambil menatapnya serius. Hening sejenak.

“Boleh aku tahu siapa perempuan itu?” Tanyanya. Kau-adalah-perempuan-itu. Ingin sekali aku menjawab seperti itu,tapi tidak, ini bukan waktu yang tepat untuk menyatakan perasaanku.

“Belum saatnya kau tahu.” Kataku. “Sudahlah ayo kita mulai belajar memasak!” Aku pun mengalihkan pembicaraan dan mulai mengajarkan Yeon-Ah memasak.

________________________The Beautiful Eyes________________________

Sudah hampir sebulan semenjak Yeon-Ah magang di kantor ini. Dan kami melewati banyak hal-hal yang sangat sangat menyenangkan bersama selama hampir sebulan ini. Sebentar lagi magang Yeon-Ah akan selesai. Aku merasakan kegundahan dihatiku. Aku pun memegang dadaku. Apa harus aku menyatakan perasaanku sekarang?

“Oppa, ini jus melon mu.” Kata Yeon-Ah yang tiba-tiba saja muncul sambil memberikan segelas jus melon padaku. Seperti biasa kami sedang beristirahat di kantin kantor.

“Yeon-Ah kau membuatku kaget dan.. terima kasih jus melon nya.”

“Hahaha, mianhe oppa dan sama-sama.”

Setelah itu hening diantara kami berdua. Tidak ada diantara kami yang berniat membuka suara. Sampai akhirnya Yeon-Ah memecah keheningan diantara kami.

“Tidak terasa ya hampir sebulan aku magang di kantor ini. Itu artinya sebentar lagi magang ku akan selesai.” Ujarnya. Aku hanya diam membisu tidak tahu harus merespon bagaimana.

“Kalau aku sudah selesai magang disini, aku pasti akan sangat merindukanmu oppa.” Harus ku akui kalimatnya barusan membuat degup jantungku berdetak lebih cepat.

“Yeon-Ah…” Lirihku memanggilnya.

“Ya?” Dia mengalihkan pandanganya padaku. Aku menatap mata cokelatnya yang selalu ku kagumi. Entah aku kerasukan apa tapi aku tidak dapat mengontrol tanganku untuk tidak menyentuh pipinya. Tidak ada penolakan darinya, aku pun membelai rambutnya yang mempunyai warna yang serasi dengan matanya. Rambutnya terasa sangat halus di tanganku, aku lalu menaruh beberapa helai rambutnya di belakang telinga.

“Jung Yeon-Ah… apa kau tahu setiap aku berada disisi mu degup jantungku akan terasa lebih kencang dari sebelumnya? Apa kau tahu aku selalu terhanyut ketika menatap mata cokelatmu yang indah? Apa kau tahu aku terpesona denganmu sejak pertama kali kita bertemu? Apa kau tahu…” Aku menghentikan perkataanku. Tersadar akan tindakan bodohku. Bodoh. Kenapa aku bisa tidak sadar aku mengucapkan isi hatiku. Sekarang aku menangkap beberapa pasang mata sedang melihat kami. Kim Ryeo-Wook neong jeongmal babo. Aku langsung melepas tanganku yang tadi sedang membelai rambut Yeon-Ah dan langsung pergi dan meninggalkan Yeon-Ah. Aku tahu ini tindakan bodoh, tapi aku akan merasa lebih bodoh jika aku masih berada disitu.

Mianhe Yeon-Ah…

 ________________________The Beautiful Eyes________________________

Hari ini adalah hari terakhir Yeon-Ah di kantor ini. Sejak tadi aku tidak bisa berkonsentrasi dengan pekerjaanku. Semenjak hari disaat aku hampir saja menyatakan perasaanku pada Yeon-Ah, aku tidak pernah mengobrol denganya lagi, bertemu saja sudah jarang, kalaupun bertemu dia tidak mau menatapku. Yang aku lakukan memang sangat bodoh. Yeon-Ah pasti sangat marah karena aku meninggalkanya di kantin beberapa hari lalu. Kenapa aku begitu bodoh. Aku harus meminta maaf padanya.

Saat istirahat tiba aku menghampiri ruang Yeon-Ah. Dia menghindar dariku tapi aku langsung mencegatnya.

“Yeon-Ah aku perlu bicara denganmu.” Kataku.

“Apa yang perlu kau bicarakan? Cepatlah.” Nada bicaranya terdengar sinis. Hatiku rasanya seperti ditusuk pisau saat ini.

“Maafkan aku atas tindakanku beberapa hari yang lalu. Aku tahu aku sangat bodoh. Maafkan aku Yeon-Ah.”

“Aku sangat malu kemarin. Seumur hidupku aku tidak pernah dilakukan seperti itu oleh pria. Kau jahat oppa.”

“Maaf… aku mohon maafkan aku.” Kataku dengan sungguh-sungguh.

“Aku sudah memaafkanmu, sekarang urusan kita selesai kan?” Ya Tuhan, dia masih saja sinis padaku.

“Belum, urusan kita belum selesai. Kau ingat aku belum menyelesaikan perkataanku waktu itu?” Yeon-Ah hanya mengangguk kecil.

“Aku akan menyelesaikanya sekarang.” Aku mendekat ke arah Yeon-Ah hingga jarak kami sangat dekat. Aku mendekatkan mulutku ke telinganya lalu membisikanya…

“Jung Yeon-Ah… Apa kau tahu aku telah jatuh cinta denganmu sejak pertama kali kita bertemu?” Hening. Yeon-Ah tidak merespon sama sekali. Baiklah mungkin dia tidak memiliki perasaan yang sama denganku. Aku pun mulai menjauh darinya tapi tiba-tiba dia memelukku. Aku merasakan kehangatan menjalar ke seluruh tubuhku.

“Kim Ryeo-Wook… Apa kau tahu aku juga merasakan hal yang sama denganmu sejak pertama kali bertemu? Aku mencintaimu oppa. Jangan tinggalkan aku.” Bisiknya di telingaku lalu mempererat pelukan kami. Tapi aku melepas pelukanya,menatap matanya yang indah, membelai rambutnya lalu mendekatkan bibirku dengan bibirnya.

“Astaga mereka akan berciuman!” Aku mendengar pekikan seseorang, aku pun menghentikan aktifitasku dan langsung mengalihkan pandanganku pada tempat asal pekikan itu. Ternyata karyawan kantor ini sejak tadi menguping percakapan kami.

“Upss, ketahuan deh..” Kata karyawan kantor yang tadi memekik suara yaitu Hyukjae.

“Yah kau sih Hyukjae berisik mereka tidak jadi ciuman kan.” Kata karyawan lain.

“Hei kalian, mengganggu suasana romantis saja, sudah bubar sana!” Usir Yeon-Ah.

“Yah tidak seru nih..” Gumam mereka yang sekarang sudah bubar.

“Mereka sudah bubar tuh, mau dilanjutkan?” Tanyaku.

“Ya! Oppa apa kau tahu betapa mesumnya wajahmu saat ini? Aku tidak mau melanjutkanya, jangan di kantor oppa, malu dengan yang lain.” Aku pun tertawa kencang mendengar ucapanya.

“Baiklah, kau mau dimana? Di apartemenku saja ya tidak ada orang sepi, bahkan kita bisa melakukan yang…” Perkataanku terputus oleh teriakan Yeon-Ah.

“OPPA KAU MESUM!!!” Aku pun langsung tertawa sekencang-kencangnya.

________________________THE END________________________
Domo-kun Staring